Sep20
BAB 1: Keragaman Bentuk Muka Bumi
Muka bumi terdiri atas dua bagian,
daratan dan lautan. Daratan yang luas disebut benua dan lautan yang luas sering
disebut samudera.
Apabila bagian benua dipotret dari
dekat, akan tampak bahwa permukaan benua tidak rata. Itulah kenyataannya, bahwa
muka bumi tidak rata seperti pada peta. Di permukaan bumi, ada bagian yang
menonjol ke atas, ada pula bagian yang cekung ke bawah. Bagian yang menonjol ke
atas dapat berupa gunung, pegunungan, datarantinggi, bukit, dan seterusnya.
Bagian yang cekung dapat berupa ngarai, lembah, danau, sungai, rawa, dan
sebagainya. Kenampakan tinggi rendahnya muka bumi tsb dinamakan relief muka
bumi.
Di dasar laut pun terdapat bagian yang
menonjol ke atas dan bagian yang cekung ke bawah yang dikenal dengan nama-nama
seperti palung laut, lubuk laut, gunung bawah laut. Pada dasarnya, dasar laut
adalah daratan yang tertutup air. Lalu, bagaimana proses terbentuknya permukaan
bumi?
Proses Terbentuknya Muka Bumi
Keberagaman bentuk muka bumi disebabkan
oleh kekuatan besar yang bekerja pada bumi. Kekuatan itu disebut tenaga
geologi. Tenaga geologi pada dasarnya dibedakan atas dua macam, yaitu tenaga
endogen dan tenaga eksogen. Tenaga endogen ialah tenaga yang berasal dari dalam
bumi. Tenaga endogen mempunyai sifat membangun. Tenaga eksogen ialah tenaga
yang berasal dari luar permukaan bumi. Tenaga ini mempunyai sifat merusak
permukaan bumi.
a. Proses Alam Endogen
Pernahkah kamu melihat permukaan jalan
yang amblas? Jalan amblas ialah contoh adanya pergerakan dalam bumi. Pergerakan
tersebut disebabkan oleh tenaga yang berasal dari dalam bumi yang disebut
tenaga endogen. Dengan demikian, di dalam bumi terdapat sumber energi. Dari
manakah energi itu berasal? Ternyata di dalam bumi terdapat sumber panas yang
berasal dari inti bumi.
Kulit bumi itu padat, dingin, dan
terapung di atas mantel bumi. Kerak bumi yang membentuk dasar samudera disebut
lempeng samudera. Kerak bumi yang membentuk dasar benua disebut lempeng benua. Lempeng
samudera dan lempeng benua terletak di atas lapisan mantel.
Karena tumbukan lempeng samudera dan
lempeng benua, salah satu lempeng akan menujam ke bawah. Padahal, makin ke
dalam suhu makin panas. Karena tumbukan terjadi terus-menerus, akan terkumpul
tumpukan magma dan tumpukan energi. Penumpukan ini akan menyebabkan terjadinya
hal-hal berikut.
(1) Tekanan ke atas dari magma, gerak
lempeng, dan energi yang terkumpul akan mampu menekan lapisan kulit bumi
sehingga terjadi perubahan letak atau pergeseran kulit bumi. Akibatnya, kulit
bumi bisa melengkung (disebut lipatan) atau patah (disebut patahan). Gejala ini
disebut tektonisme.
(2) Magma akan menerobos lempeng benua
di atasnya melalui celah atau retakan atau patahan dan terbentuklah gunung api.
Gejala ini disebut vulkanisme.
(3) Bila tumpukan energi di daerah
penujaman demikian besar, energi tersebut akan mampu menggoyang atau
menggetarkan lempeng benua dan lempeng samudera di sekitarnya. Goyangan atau
getaran ini disebut gempa bumi.
1) Tektonisme
Keragaman muka bumi dipengaruhi oleh
adanya gerakan-gerakan di kerak bumi, baik gerakan mendatar maupun gerakan
tegak. Contoh bentuknya yaitu:
Patahan : terjadi karena adanya tekanan
atau gerakan tektonik secara horizontal maupun vertikal pada kulit bumi yang rapuh.
Daerah patahan merupakan daerah yang rawan gempa karena rapuh. Patahan sering
disebut juga sesar.
Retakan : terjadi karena gaya regangan
yang menyebabkan batuan menjadi retak-retak.
2)Vulkanisme
Vulkanisme merupakan proses keluarnya
magma ke permukaan bumi.
Jenis-jenis erupsi magma
Berdasarkan lubang tempat erupsi, ada
dua jenis erupsi magma:
(1) Jika tempat keluarnya magma di
permukaan bumi mengikuti patahan atau retakan yang memanjang, erupsi itu
disebut erupsi linear.
(2) Jika tempat keluarnya magma di
permukaan bumi memusat pada sebuah titik, erupsi itu disebut erupsi sentral.
Berdasarkan proses keluarnya magma, ada
tiga jenis erupsi magma:
(1) Erupsi eksplosif, letusan sangat
kuat akibat tekanan gas magma dan menyemburkan bahan-bahan vulkanik yang padat
dan cair
(2) Erupsi efusif, letusan gunung api,
mengeluarkan lava.
(3) Erupsi campuran, letusan yang
terjadi selang-seling antara eksplosif dan efusif.
Jenis-jenis gunung api
Menurut bentuknya, ada beberapa jenis
gunung api.
(1) Gunung api perisai, bentuknya
seperti perisai, lerengnya sangat landai, terbentuk karena erupsi efusif magma
cair dan encer yang mengalir dan membeku secara lambat yang bentuknya seperti
perisai.
(2) Gunung api maar, bentuknya seperti
trapesium, terbentuk karena erupsi eksplosif yang tidak terlalu kuat dengan
letusan hanya sekali sehingga terbentuklah lubang besar (kawah/maar).
(3) Gunung api strato, bentuknya seperti
kerucut dan berlapis, terbentuk karena erupsi
Klasifikasi Gempa
Menurut proses terjadinya, gempa bumi
diklasifikasikan menjadi seperti berikut.
(1) Gempa tektonik: terjadi akibat
tumbukan lempeng-lempeng di litosfer kulit bumi oleh tenaga tektonik. Tumbukan
ini akan menghasilkan getaran. Getaran ini yang merambat sampai ke permukaan
bumi.
(2) Gempa vulkanik: terjadi akibat
aktivitas gunung api. Oleh karena itu, gempa ini hanya dapat dirasakan di
sekitar gunung api menjelang letusan, pada saat letusan, dan beberapa saat
setelah letusan.
(3) Gempa runtuhan atau longsoran:
terjadi akibat daerah kosong di bawah lahan mengalami runtuh. Getaran yang
dihasilkan akibat runtuhnya lahan hanya dirasakan di sekitar daerah yang
runtuh.
Menurut kedalaman hiposentrumnya, ada
tiga jenis gempa.
(1) Gempa bumi dalam: kedalaman
hiposenter lebih dari 300 km di bawah permukaan bumi.
(2) Gempa bumi menengah: kedalaman
hiposenter berada antara 60-300 km di bawah permukaan bumi.
(3) Gempa bumi dangkal: kedalaman
hiposenter kurang dari 60 km.
Kekuatan gempa (magnitude) diukur
berdasarkan tingkat kerusakan yang dihasilkan. Ada beberapa skala yang
digunakan untuk mengukur kekuatan gempa, antara lain Skala Omari, Skala
Richter, Skala Cancani, dan Skala Mercalli.
b. Proses Alam Eksogen
Tenaga eksogen ialah tenaga yang berasal
dari luar bumi yang berpengaruh terhadap permukaan bumi. Tenaga eksogen dapat
menyebabkan relief permukaan bumi berubah. Tenaga eksogen ini menyebabkan
terjadinya pelapukan, erosi, gerak massa batuan, dan sedimentasi yang bersifat
merusak bentuk permukaan bumi.
3. Dampak Proses Endogen dan Eksogen
terhadap Kehidupan
Kegiatan yang disebabkan oleh tenaga
endogen lebih bersifat membangun. Kegiatan yang disebabkan oleh tenaga eksogen
lebih bersifat negatif.
Tenaga endogen antara lain menyebabkan
timbulnya pegunungan, dataran tinggi, bantaran sungai, delta, pantai, danau.
Semua itu berguna bagi makhluk hidup disekitarnya.
Kegiatan yang disebabkan oleh tenaga
eksogen lebih banyak merugikan makhluk hidup di muka bumi.dampak negatif tenaga
endogen ialah kerusakan yang ditimbulkan antara lain oleh gempa, letusan gunung
api, banjir, tanah longsor, pendangkalan sungai, dan perusakan bangunan.
B. Masa Praaksara di Indonesia
Manusia telah menempati bumi ini sejak
jutaan tahun yang lalu. Nah, bagaimanakah kehidupan manusia pada saat itu?
1. Apa itu masa praaksara?
Tahukah kamu bahwa ada suatu masa yang
panjang di mana tulisan belum dikenal? Masa itulah yang dikenal sebagai masa
praaksara. (pra = sebelum; aksara = huruf). Masa praaksara dikenal juga sebagai
masa prasejarah. Manusia yang hidup pada masa ini dikenal sebagai manusia
purba.
Dalam lapisan-lapisan kulit bumi ini,
terdapat sisa-sisa kehidupan. Sebagian dari sisa-sisa kehidupan itu telah
berubah menjadi keras seperti batu karena proses kimia. Inilah yang dikenal
sebagai fosil. Untuk mengetahui kehidupan masa lampau, fosil-fosil inilah yang
menjadi petunjuk. Ada bermacam-macam jenis fosil. Ada fosil hewan, ada fosil
tumbuhan, ada juga fosil berupa tulang kerangka manusia.
Ilmu yang menyelidiki segala hal ikhwal
manusia pada masa lampau sebelum adanya sumber-sumber tulisan disebut ilmu
prasejarah.
arkeologi ialah ilmu yang mempelajari
peninggalan-peninggalan sejarah dan purbakala untuk menyusun kembali kehidupan
manusia dan masyarakat masa lampau. Ahli arkeologi disebut arkeolog.
Ilmu-ilmu yang terkait dengan masa
prasejarah ialah Arkeologi, Antropologi, Geologi, Paleontologi, dan
Paleoantropologi.
Selain fosil, keberadaan kehidupan di
masa praaksara juga dapat diketahui dari artefak yang ditemukan. Artefak ialah
benda-benda, seperti alat, perhiasan yang menunjukkan kecakapan kerja manusia
terutama pada zaman dahulu yang ditemukan melalui penggalian arkeologi.
2. Pengelompokan Masa Praaksara
Pengelompokan masa praaksara dapat
dilakukan berdasarkan keadaan geologi dan perkembangan kebudayaannya
a. Berdasarkan Keadaan Geologi
Pembagian masa praaksara adalah seperti
berikut.
1) Arkaeozoikum
Inilah masa tertua dalam sejarah
perkembangan bumi. Pada masa yang berlangsung kira-kira 2.500 juta tahun yang
lalu ini, keadaan bumi belum stabil, kulit bumi masih dalam proses pembentukan,
dan udara saat ini masih sangat panas sehingga belum tampak tanda-tanda
kehidupan.
2) Palaeozoikum
Masa ini berlangsung 340 juta tahun yang
lalu. Palaeozoikum disebut juga Zaman Primer. Pada masa ini, terjadi penurunan
suhu bumi. Akibatnya, bumi lambat laun menjadi dingin. Sudah ada tanda-tanda
kehidupan yang makin jelas, yakni munculnya makhluk bersel satu seperti bakteri
dan sejenis amfibi dan reptil.
3) Mesozoikum
Masa ini berlangsung 140 juta tahun yang
lalu. Mesozoikum disebut juga Zaman Sekunder. Pada masa ini, kehidupan
berkembang dengan sangat cepat. Jumlah ikan, amfibi, dan reptil makin banyak.
Reptil mencapai bentuk yang luar biasa besarnya, seperti Dinosaurus dan
Atlantosaurus. Fosil reptil raksasa ini banyak ditemukan hampir di seluruh
dunia. Fosil yang ditemukan antara lain Dinosaurus panjangnya 12 meter,
Atlantosaurus 30 meter. Pada masa ini, burung dan binatang menyusui sudah ada,
namun masih rendah tingkatannya.
4) Neozoikum
Masa ini diperkirakan berusia 60 juta
tahun yang lalu. Pada masa ini, keadaan bumi sudah mulai stabil. Kehidupan
makin berkembang dan beraneka ragam. Masa ini dibagi menjadi dua seperti
berikut.
(1) Zaman Tersier. Pada masa ini, reptil
raksasa lambat laun lenyap, binatang-binatang menyusui berkembang dengan baik,
dan primat sudah ada. Monyet dan kera sudah ditemukan pada masa ini.
(2) Zaman Kuarter. Masa ini berlangsung
600.000 tahun yang lalu. Tanda-tanda kehidupan manusia telah ditemukan pada
masa ini. Masa ini dibagi ke dalam dua bagian, yaitu:
• Pleistosen yang berlangsung 600.000 tahun
yang lalu. Pada masa ini, kehidupan manusia mulai ada dan terjadi perubahan
suhu yang memengaruhi keadaan kehidupan. Banyak air yang berubah menjadi es,
terutama beberapa daratan yang berdekatan dengan Kutub Utara tertutup es. Di
daerah yang berjauhan dari Kutub, terjadi musim hujan.
• Holosen yang dimulai 20.000 tahun
hingga dewasa ini. Pada masa ini, muncul manusia cerdas (homo sapiens) yang
merupakan nenek moyang dari manusia modern.
b. Berdasarkan Perkembangan Kebudayaan
Berdasarkan perkembangan kebudayaan dan
peralatan yang digunakannya, masa praaksara dibagi menjadi tiga masa, yaitu
masa berburu dan meramu, masa bercocok tanam, dan masa perundagian.
1) Masa Berburu dan Meramu
Pada masa berburu dan meramu, keadaan
alam masih belum stabil. Manusia hidup secara berkelompok dan jumlahnya tidak
terlalu banyak. Mereka selalu berpindahpindah (nomaden) mencari daerah baru
yang dapat memberikan makanan yang cukup.
Makanannya diperoleh dengan cara
berburu. Daerah perburuan mereka tidak terlalu jauh dari sungai, danau, atau
sumber-sumber air yang lain karena binatang buruan selalu berkumpul di dekat
sumber air. Hewan yang diburu antara lain kera, badak, rusa, banteng, dan
kerbau liar.
Makanan yang mereka kumpulkan adalah
umbi-umbian,daun-daunan, dan buah-buahan. Hewan dan tumbuhan yang dikumpulkan
diolah dengan cara sederhana. Mereka belum mengenal cara memasak makanan karena
mereka belum mengenal alat memasak seperti periuk belanga.
Kehidupan manusia purba pada masa
berburu dan meramu disebut sebagai masa food gathering (mengumpulkan makanan).
Mereka mengumpulkan makanan yang disediakan oleh alam tanpa harus menanam atau
mengolah tanah.
Peralatan yang digunakan oleh manusia
untuk berburu pada waktu itu dibuat dari batu, kayu, maupun tulang-tulang hewan
dalam bentuk yang sederhana. Alat-alat yang digunakan manusia purba pada saat
itu adalah sebagai berikut.
(1) Kapak perimbas, digunakan untuk
menguliti binatang hasil berburu, merimbas kayu, dan memecah tulang.
(2) Alat serpih, digunakan sebagai
gurdi, penusuk, dan sebagai pisau.
(3) Kapak genggam awal, digunakan untuk
menggali ubi dan memotong binatang hasil.
2) Masa Bercocok Tanam
Pada masa ini, manusia purba sudah
menguasai pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan usaha pertanian.
Mereka juga sudah memiliki kemampuan mengadakan persediaan makanan. Kemampuan
ini diikuti juga dengan kemahiran membuat wadah untuk menyimpan persediaan
makanan tsb.
Sistem kehidupan manusia pada masa
bercocok tanam sudah mulai tinggal menetap di suatu perkampungan. Kebutuhan
mereka juga makin luas, misalnya kebutuhan akan makanan dan pakaian. Untuk
memenuhi kebutuhan makanan, mereka bercocok tanam dengan cara berhuma, yaitu
dengan menebangi hutan dan menanaminya (bercocok tanam sederhana). Oleh sebab
itu, masa ini dikenal juga sebagai masa food producing karena manusia pada masa
itu sudah mampu memproduksi makanannya.
Masa bercocok tanam ditandai dengan
berkembangnya kemahiran mengasah alatalatbatu dan pembuatan gerabah (benda
pecah-belah dari tanah liat yang dibakar).
Alat yang diasah antara lain kapak
lonjong, beliung persegi, mata panah, gerabah, dan perhiasan dari batu dan
kerang.
Pada masa bercocok tanam, manusia purba
juga sudah mengenal atau menemukan api dan sudah mengembangkan alat
transportasi air. Alat transportasi yang pertama digunakan adalah rakit.
Pada masa ini, kesenian pun mulai
dikenal. Mereka mulai membuat kalung dari kulit kerang dan gelang dari
batu-batu yang indah. Lukisan berwarna pun ditemukan di dalam gua-gua.
3) Masa Perundagian
Pada masa perundagian, manusia mulai
mengenal teknologi pertukangan. Mereka telah mampu mengolah logam, terutama
perunggu dan besi. Kemampuan mengolah logam hanya dapat dikerjakan oleh orang
yang ahli (undagi). Oleh sebab itu, masa ini dikenal dengan masa perundagian.
Masa perundagian merupakan masa perkembangan pesat dari berbagai kemahiran
membuat alat.
Pada masa ini, telah dikenal sistem
perdagangan. Sistem ini berkembang pada awalnya untuk mendapatkan timah putih,
bahan utama pembuatan alat-alat perunggu. Alat-alat dari perunggu yang
dihasilkan pada masa ini ialah nekara, kapak, bejana, dan arca-arca. Alat-alat
dari besi yang dihasilkan antara lain mata kapak, mata sabit, mata pisau, mata
tembilang, mata pedang, cangkul, tongkat. Kemahiran membuat gerabah dan
manik-manik pun makin baik. Manik-manik sudah dibuat dari kaca.
3. Jenis Manusia Praaksara di Indonesia
Manusia yang hidup pada masa praaksara
biasa disebut manusia purba. Di Indonesia, banyak ditemukan berbagai fosil
manusia purba. Jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia adalah seperti
berikut.
a. Meganthropus
Fosil jenis Meganthropus, yaitu
Meganthropus Palaeojavanicus, ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1936
dan 1941 di Sangiran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Manusia purba tertua di
Jawa ini diperkirakan hidup antara 2.500.000 sampai 1.250.000 tahun yang lalu.
Diperkirakan perawakannya sudah tegap, rahang dan gerahamnya besar, serta tidak
berdagu sehingga menyerupai kera. Mereka hidup dari makanan yang terutama
berasal dari tumbuh-tumbuhan.
b. Pithecanthropus
Fosil Pithecanthropus paling banyak
ditemukan di Indonesia. Pithecanthropus tidak setegap Meganthropus. Jenis-jenis
Pithecanthropus di Indonesia antara lain Pithecanthropus mojokertensis,
Pithecanthropus soloensis, dan Pithecanthropus erectus. Manusia purba yang
diperkirakan hidup 2.500.000 sampai 1.250.000 tahun yang lalu ini berbadan
tegak sekitar 165-180 cm. Mereka masih menyerupai kera dengan tulang tengkorak
yang cukup tebal dan berbentuk lonjong. Pithecanthropus hidup berburu dan
mengumpulkan makanan. Mereka tinggal di padang terbuka dan hidup secara
berkelompok.
c. Homo
Manusia jenis homo lebih sempurna dari
kedua jenis manusia purba di atas. Manusia dengan tinggi badan antara 130-210
cm ini hidup antara 25.000-40.000 tahun yang lalu. Jenisnya antara lain Homo
Soloensis (manusia purba dari Solo), Homo Wajakensis (manusia purba dari
Wajak), dan Homo Sapiens (manusia cerdas). Manusia purba jenis ini telah mampu
membuat alat-alat dari batu dan tulang untuk berburu. Mereka juga telah mampu
memasak makanannya walau dengan cara sederhana.
4. Sistem Kepercayaan Manusia Praaksara
Sistem kepercayaan telah berkembang pada
masa manusia praaksara. Mereka menyadari bahwa ada kekuatan lain di luar
mereka. Oleh sebab itu, mereka berusaha mendekatkan diri dengan kekuatan
tersebut. Caranya ialah dengan mengadakan berbagai upacara, seperti pemujaan,
pemberian sesaji, atau upacara ritual lainnya. Beberapa sistem kepercayaan
manusia purba adalah seperti berikut.
a. Animisme
Animisme adalah kepercayaan terhadap roh
yang mendiami semua benda. Manusia purba percaya bahwa roh nenek moyang masih
berpengaruh terhadap kehidupan di dunia. Mereka juga memercayai adanya roh di
luar roh manusia yang dapat berbuat jahat dan berbuat baik. Roh-roh itu
mendiami semua benda, misalnya pohon, batu, gunung, dsb. Agar mereka tidak
diganggu roh jahat, mereka memberikan sesaji kepada roh-roh tersebut.
b. Dinamisme
Dinamisme adalah kepercayaan bahwa
segala sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat memengaruhi
keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan hidup. Mereka
percaya terhadap kekuatan gaib dan kekuatan itu dapat menolong mereka. Kekuatan
gaib itu terdapat di dalam benda-benda seperti keris, patung, gunung, pohon
besar, dll. Untuk mendapatkan pertolongan kekuatan gaib tersebut, mereka
melakukan upacara pemberian sesaji, atau ritual lainnya.
c. Totemisme
Totemisme adalah kepercayaan bahwa hewan
tertentu dianggap suci dan dipuja karena memiliki kekuatan supranatural. Hewan
yang dianggap suci antara lain sapi, ular, dan harimau.
Dalam melaksanakan upacara
penyembahannya, manusia purba membuat berbagai bangunan dari batu. Masa ini
disebut sebagai kebudayaan Megalithik atau Megalithikum (kebudayaan batu
besar). Bangunan-bangunan tersebut masih dapat ditemui saat ini. Sarana upacara
ritual manusia purba antara lain seperti berikut.
(1) Peti kubur batu, bangunan yang
berfungsi sebagai peti jenazah. Peti kubur ada yang berbentuk kotak persegi
panjang, ada pula yang berbentuk kubus dan memiliki tutup dari batu bergambar
(disebut juga waruga), serta ada pula yang berbentuk menyerupai mangkuk
(disebut juga sarkofagus). Di dalamnya, selain jenazah, juga terdapat ‘bekal
kubur’.
(2) Menhir, bangunan berupa tiang atau
tugu batu sebagai tanda peringatan dan lambang arwah nenek moyang.
(3) Punden berundak, bangunan serupa
candi yang terbuat dari susunan batu bertingkat. Merupakan tempat melakukan
upacara pemujaan.
(4) Dolmen, bangunan barupa meja batu
tempat meletakkan sesaji dalam memuja roh nenek moyang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar